Ketika suatu keputusan telah bulat, maka seharusnya tidak ada lagi keragu-raguan di dalamnya. Jalani, terjang gelombang dan badai kehidupan yang menghadang sebagai konsekuensi . Tiada penyesalan!! Hidup memang pilihan, tetapi pilihan untuk kembali mundur bukanlah sebaik-baik pilihan.

Ibu | Begitu indah

Kata ‘ibu’ begitu indah bagi para perindu Ilahi. Kata bertuah bagi mereka yang memiliki hati. Ibu adalah sosok manusia kuat nan tangguh. Walau derita dan maut datang merapat, tak pernah ibu mau menggugat.
Selama sembilan bulan, ibu tampil sebagai penjaga paling perkasa. Saat sang bayi lahir, apakah bayi tadi mengalami de javu, mendengar detak jantung, semburat alam rahim terulang kembali. Oh ibu, sungguh di kakimu ada surga. Di hatimu ada cahaya dan dalam setiap desah nafasmu yang kudengar hanyalah cinta.

Ketika Allah menyebut dirinya Ar Rahim maka hanya ibu yang memperoleh nama itu. Seakan-akan, siapa saja manusia yang menghinakan wanita, sesungguhnya ia telah melukai Allah Ar Rahim. Siapa saja anak yang menggoreskan luka di hati ibunya, walau hanya berkata ”ah”, niscaya pintu-pintu neraka bergetar haus rindu melahapnya.

Suatu ketika, seorang pemuda bernama Thalhah As Sulami datang menghadap Rasulullah SAW. Dia berkata, ”Ya Rasulullah, sesungguhnya aku ingin sekali ikut berjihad di jalan Allah.” Rasul bertanya, ”Apakah ibumu masih hidup?” Jawabnya, ”Ya, beliau masih hidup.” Kemudian, Rasulullah bersabda, ”Bersimpuhlah kamu di kakinya. Di sana, tempat surga berada.”

Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang siapakah orang yang paling berhak dimuliakan dan dilayani, Rasulullah menjawab tiga kali, ”Ibumu… Ibumu… Ibumu.”

Bersimpuhlah di kaki kedua orang tuamu. Tatap mata hatinya dan bisikkan dendang harapan merajut restu. Jangankan ucapannya, getaran hatinya saja adalah doa.

Ketika di hadapan orang tuamu jadilah ‘penghibur sejati’, karena kalbu keduanya bisa menjadikan anak-anaknya ahli surga atau neraka. Hidup menjulang atau menjadi pecundang. Dengarkanlah, betapa Allah telah berfirman, ”Dan, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan, rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang.” (17: 23-24).

Seandainya kita berjalan kaki sambil menggendong ibu, kemudian mendaki dari lembah paling dalam menuju puncak gunung menjulang, sungguh takkan pernah akan mampu mengembalikan darah dan air susu ibu yang telah tumpah. Maka, dengan rasa haru, ukirlah di hati sebuah kata paling indah, Ibu!

Berbahagialah bila orang tua memanggil atau menyuruh kita mengerjakan sesuatu. Karena sesungguhnya, mereka sedang membuka pintu-pintu keberkahan Ilahi yang akan dikucurkan dari arah yang tak terduga.